Ranaka Voice for You

Belajar Dari Tenawahang, Desa Cerdas Dengan Program Tanam Jagung di Flotim

Program Ketahanan Pangan, Tanam Jagung di Desa Tenawahang Kecamatan Titehena, yang selaras dengan Program Tanam Jagung Panen Sapi Pemprov NTT: Foto (Doc/Ranakanews com)
Program Ketahanan Pangan, Tanam Jagung di Desa Tenawahang Kecamatan Titehena, yang selaras dengan Program Tanam Jagung Panen Sapi Pemprov NTT: Foto (Doc/Ranakanews com)

LARANTUKA,RANAKANEWS.com –
Kerja cerdas dengan program ketahanan pangan Desa Tenawahang Kecamatan Titehena mulai tahun 2000, yang digagas Kepala Desa Bernadus Belawa Sogen,S.Pt terus berkembang hingga saat ini dan memberi banyak efek positif.
Mulai dari masuknya program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) dari Pemprov NTT di Tenawahang dan munculnya Gerakan Revolusi Pertanian besutan Camat Titehena Aster Lewerang, yang membuat gerakan buka kebun tanam Jagung banyak diikuti petani di Titehena.

“Produksi jagung di Tenawahang tahun 2020, dari 46,28 hektar Jagung sebesar 52.165 Kilogram Jagung pipilan bulat.

Dengan harga jual per Kilogram Rp4.000, maka program tanam Jagung ini telah memberikan hasil besar saat panen kepada peserta program ketahanan pangan dengan pendapatan riil petani sebesar Rp208.660.000.

Meningkat dan mendatangkan keuntungan, dari kontribusi dana desa untuk back up program ini Rp93.052.500,”terang Kepala Desa Tenawahang, Bernadus Belawa Sogen kepada Wartawan, saat ngobrol tentang keberhasilan program yang digagasnya, di Konga, belum lama ini.

Ia menjelaskan, pendapatan petani Jagung ini dari penjualan Pipilan Jagung bulat oleh Pengusaha Ayam Petelur di Desa Kobasoma, Pengusaha Baba Bunda Lewolaga, dan para Pengepul Jagung yang langsung masuk ke Tenawahang dengan kendaraan Pick up atau Truk.

“Kendaraan ini masuk dari lorong ke lorong mencari Jagung Pipilan bulat.

Tidak ada Jagung yang hancur karena tidak ada pemasaran.

Bahkan, Pengusaha Ayam Petelur di Kobasoma memberi informasi bahwa Jagung yang banyak itu hanya bertahan 2-3 bulan saja.

Itu artinya butuh produksi Jagung yang lebih banyak lagi.

Selain jualan Jagung Pipilan bulat, beberapa petani menggiling Jagungnya pada mesin-mesin giling Jagung milik warga untuk jual Beras Jagung.
Nah, apakah program ini gagal?,”tukasnya, tajam dan menyakinkan.

Lebih jauh, salah satu Petani Milenial di NTT ini, bahkan memberitahu, kegiatan tanam Jagung ini dipadukan dengan pelatihan budidaya Jagung dan teknologi tepat guna untuk pasca panen Jagung.

“Peserta pelatihan adalah petani yang sudah terdaftar dan telah mengisi format Calon Petani Calon Lahan (CPCL), dimana lahan mereka telah disiapkan untuk tanam Jagung.

Olehnya, semua petani Jagung tidak ada yang mengeluh tentang Jagung rusak, karena sudah dibekali dengan materi ‘penanganan Jagung saat panen’,”katanya, lagi.

Sempat ditanyai Wartawan, Siapa saja terlibat kelolah program desa ini? Kades Bernadus Belawa Sogen yang pernah bekerja di Lembaga Swadaya Masyarakat dan pernah menjadi Pelatih Perencanaan Partisipatif dengan menggunakan Participatory Rural Appraisal (PRA) menegaskan, ada Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) yakni Kepala Seksi Kesejahteraan Masyarakat dan Pemberdayaan selaku Ketua dan Anggotanya semua Kepala Dusun,”tutupnya. (OLA)

error: Konten dilindungi!