LARANTUKA, RANAKANEWS.com – Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Flores Timur selalu sigap terkait apapun persoalan guru di Kabupaten Flores Timur. Pertanyaan, keluhan, aspirasi, laporan diskriminasi dan atau mendapat perlakuan tidak adil hingga pada adanya kasus hukum yang menimpa guru, PGRI Flores Timur tidak pernah absen. Selalu menjadi garda terdepan dalam memberikan pendampingan dan advokasi.
Kamis 3 Oktober 2024, PGRI Kabupaten Flores Timur membuka zoom menjaring kendala yang dialami oleh Bapa Ibu Guru dalam tahapan seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Langkah cepat ini diambil PGRI Flores Timur setelah mendapat banyak aspirasi terkait kendala di lapangan yang dialami oleh Bapa Ibu Guru.
Kegiatan yang diikuti kurang lebih 40 guru tersebut mengetengahkan ada dua (2) pokok persoalan. Kedua hal yang sangat menonjol diangkat yakni pertama terkait tidak terdatanya guru Non ASN pada Data Base Badan Kepegawaian Nasional (BKN) dan juga tidak ada kesempatan pendaftaran yang dibuka untuk guru honor di sekolah swasta. Menurut penuturan para guru, di lapangan pada saat pendaftaran sistem menolak untuk dua kategori ini dan itu sangat mengecewakan para guru.
Aturan terkait Seleksi PPPK Tahun 2024 yang tidak menerima Guru Honor di Sekolah swasta adalah suatu bentuk ketidakadilan bagi guru. Kira kira, kami guru honor di sekolah swasta ini mengajar apa? Cek kami punya dapodik itu, apakah kami ajar babi berapa ekor, kambing berapa ekor, sapi berapa ekor ayam berapa ekor, bebek berap ekor, sehingga kami tidak diterima atau apakah kami ajar pohon kelapa, pohon pisang, pohon jambu, semua semua itu?. Kami tidak mengajar manusia? Tolong ubah kebijakan karena kami juga mengajar Anak Bangsa,”tegas Maria Imaculata, salah satu Guru TK di Kabupaten Flores Timur.
Maksimus Masan Kian, Ketua PGRI Flores Timur, pada kesempatan itu memberikan respon positif atas kendala yang dialami para guru tersebut.
“Kami mengapresiasi kepada teman teman yang secara terbuka menyampaikan kendala yang ditemukan di lapangan. PGRI tidak mengetahui semua hal. Dengan adanya informasi yang baik dari para guru, memudahkan PGRI untuk dapat berkomunikasi dengan baik.Pastinya setiap persoalan selalu ada jalan keluar. Solusi bisa cepat juga bisa membutuhkan proses. Selanjutnya, secara lembaga, kami akan membangun komunikasi dengan pihak terkait dan segera mungkin akan kami kabari terkait respon balik dari lembaga yang berkewenangan menjawabi kendala kendala yang dialami oleh para guru. Pointnya adalah, tidak ada persoalan yang tidak ada jalan keluarnya,”kata Maksi. (*)