Sejumlah Pelajar di Kota Kupang Belajar Bersama Tentang Dongeng dan Melukis Mural Benda Koleksi Museum

Kepala UPTD Museum Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT,Aplinuksi M.A.Asamani S.Sos., M.Si saat membuka kegiatan Belajar Bersama di Museum Tentang Cerita Dongeng Benda Koleksi Museum dan Melukis Mural Koleksi Museum, Kamis, 24 Agustus 2023 (Dok:TD/ranakanews.com).

KUPANG, RANAKANEWS.com- Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Museum Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) melaksanakan kegiatan Belajar Bersama di Museum Tentang Cerita Dongeng Benda Koleksi Museum dan Melukis Mural Koleksi Museum berlangsung selama dua hari Kamis-Jumat, 24-25 Agustus 2023.

Kegiatan yang dikuti oleh siswa PAUD, TK, SD, SMP, sampai SMA/SMK se-Kota Kupang dibuka resmi oleh Kepala UPTD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Aplinuksi M.A.Asamani S.Sos., M.Si.

Kegiatan tersebut sebagai salah satu bentuk edukasi kepada para pelajar mulai dari PAUD sampai dengan SMA/SMK dimana Belajar bersama di Museum dengan cerita dongeng.

Kepala UPTD Museum Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Aplinuksi M.A.Asamani, S.Sos., M.Si.

Kepala UPTD Museum Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Aplinuksi M.A.Asamani, S.Sos., M.Si., mengatakan, kegiatan ini sangat bermanfaat bagi generasi muda khususnya anak-anak kita untuk bagaimana mereka bisa mengenal benda-benda koleksi yang ada, dengan berbagai  nilai sejarahnya, nilai-nilai yang mereka bisa ambil sebagai pembentuk karakter mereka sebagai orang Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Karena benda-benda koleksi yang ada ini tentu mereka akan terinspirasi, lebih mudah mereka untuk mengingat apa dibalik cerita benda koleksi ada sesuatu nilai historis dan nilai sejarah, dan nilai kehidupan untuk mereka sebagai anak; orang muda untuk menjalani kehidupan beradaban dengan berbagai nilai-nilai budaya lainnya seperti global.

Sebagai orang NTT kita mulai mendidik dan mulai membelajarkan anak kita untuk mengenal budaya sendiri dengan belajar bersama di museum sehingga ada rasa cinta, rasa bangga dan senang di museum untuk belajar, di museum sebagai pusat pendidikan mendapatkan pendidikan, edukasi.

Museum selalu melakukan sosialisasi ke generasi muda; anak –anak sekolah untuk mengenal budaya. Museum sebagai warisan nenek moyang kita. Jadi ada nilai-nilai budaya yang mereka tahu di museum,” ujar Aplinuksi Asamani kepada ranakanews.com di ruang kerjanya, Kamis (24/08/2023).

“Harapannya bahwa setelah mereka datang dan mereka kembali, mereka menceritakan kepada teman-teman juga kepada masyarakat lainnya. Jadi mereka tidak hanya untuk diri mereka sendiri tetapi mereka menceritakan kepada orang lain. Museum selalu dihati untuk masyarakat Nusa Tenggara Timur,” pungkasnya.

Kasi Edukasi dan Publikasi UPTD Museum Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Dr. Wenseslaus Gampur, M.Si (Dok:TD/ranakanews.com).

Terpisah, Kepala Seksi Edukasi dan Publikasi UPTD Museum Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Dr.Wenseslaus Gampur, M.Si.

Menambahkan,  kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk edukasi kepada para pelajar mulai dari PAUT sampai SMA/SMK.

“Bentuknya itu belajar bersama di Museum. Dan belajar bersama di Museum ini, ini melalui kegiatan yang namanya cerita dongeng.

Cerita dongeng ini adalah cerita dongeng yang berkaitan dengan benda koleksi di museum. Berapa  benda koleksi  di Museum nanti yang akan diceritakan misalnya soal ikan Paus. Bagaimana kisah-kisah ikan paus itu. Nah itu nanti dicertakan dalam perspektif budaya pada masyarakat NTT khususnya masyarakat Lamalera di Lembata.

Kemudian nanti ada juga cerita dongeng misalnya tentang Stegodon tentang Gajah Purba. Ini juga koleksi Museum juga. Misalnya bagaimana kisah tentang kehidupan gajah di Provinsi NTT karena salah satu benda koleksi kita itu adalah Stegodon Gajah Purba yang ditemukan di So’a, Kabupaten Ngada. Dan itu semua dilakukan dalam bentuk cerita dongeng.

Dongeng ini  walaupun itu kelihatannya dongeng tetapi ada juga kisah nyatanya juga. Kemudian yang berikut nanti akan  melalui melukis mural. Melukis mural itu tentang benda koleksi benda Museum. Misalnya melukis gajah atau melukis kain tenun.

Melukis kain tenun nanti di tembok-tembok kita. Dan itu semua nanti untuk anak SMA/SMK. Sedangkan untuk  anak SMP nanti itu kita akan melukis benda koleksi itu pada tempat sampah.

Jadi ini semuanya  supaya  para pelajar itu memahami arti kulasi nilai budaya dibalik benda-benda koleksi yang ada di Museum,” jelas Wens Gampur disela-sela kegiatan.

Kerangka Gajah (Dok TD/ranakanews.com, Kamis, 24 Agustus 2023).

“Hal ini pananaman nilai, sehingga pelajar itu bisa memahami oh ini Gajah di NTT seperti ini kenapa ada, kemudian bagaimana kehidupan masyarakat dalam kaitannya dengan Ikan Paus. Dan bagaimana arti kulasi corak ragam hias dibalik kain tenun dan itu semua nanti itu akan dilakukan dalam bentuk lukis. Dan ini sebenarnya bentuk pembelajarannya seperti itu.

Jadi bahwa pelajar itu bisa memahami arti kulasi nilai budaya dibalik benda –benda koleksi yang di Museum. Dan dengan dia semakin mempelajari budaya itu dia itu bisa menanamkan nilai budaya dalam diri anak-anak pelajar dari tingkat SD sampai SMA/SMK,” itu harapannya ungkap Wens Gampur.

Ia menyebutkan, total peserta seluruhnya 100 orang. 50 orang dari tingkat TKK sampai SD. Sedangkan peserta SMP sampai SMA/SMK itu sebanyak 50 orang.

Guru TK Soteria, Mexelinda Sarci Weni,S.Pd.

Salah satu Narasumber, Meksilinda Sarjimin, Guru TK Kristen Soteria beralamat Jalan Eltari, Nomor 42 Naikoten 1, Kecamatan Kota Raja, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur menurutnya, kegiatan ini sangat penting.

“Harapan saya bahwa lebih memperkenalkan budaya yang ada juga seluruh ragam keberadaan kearifan lokal yang ada itu perlu kita perkenalkan kepada masyarakat NTT  supaya kita tidak mempelajari budaya luar tetapi khususnya kita menggali potensi yang ada di NTT khas NTT. Karena orang-orang NTT saja sendiri belum tahu,” ujar Linda sapaan akrabnya, Tenaga Pengajar Sekolah Taman Kanak- Kanak Kristen Soteria beralamat Jalan Eltari, Nomor 42 Naikoten 1, Kecamatan Kota Raja, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Lanjut Linda mengatakan, “Saya sendiri saja baru tau bahwa memang ternyata di Flores Gadingnya banyak. Tetapi baru tau bahwa ternyata asal muasalnya itu dari Stegodon Gajah Purba. Jadi kegiatan ini sangat bagus supaya anak-anak lebih tau dan lebih memahami tentang suatu benda atau barang lewat cerita dongeng atau melukis,” tutur Linda bersama narasumber lainnya Petrus Maiaweng dan Weli S.R. Koa, S.Pt. (TD)

error: Konten dilindungi!
Exit mobile version